Gak Nyangka, Karawang Punya Pabrik Baterai Raksasa se-ASEAN!

Pengunjung melihat mobil listrik Hyundai Ioniq yang dipamerkan dalam ajang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE, BSD City, Tangerang Selatan, Senin (15/11/2021). Hyundai Ioniq meluncur berbarengan dengan Hyundai Kona medio November 2020 lalu. Dari segi eksterior, Hyundai Ioniq Electric ini sudah terpancar aura futuristik, berkat grill tanpa lubang, dengan lampu khas unik yang berasal dari lampu depan LED ke Day Running Light (DRL). Dari sisi interior, IONIQ menampilkan kesan modern dengan kursi berbalut kulit. IONIQ juga memiliki dua layar LCD yang menampilkan berbagai informasi untuk pengemudi. Cluster Supervision dengan layar LCD TFT 7

Indonesia digadang-gadang bakal mempunyai pabrik baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara. Pabrik itu sendiri rencananya bakal terbangun di wilayah Karawang, Jawa Barat.

Direktur Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menjelaskan, pabrik tersebut merupakan hasil kerja sama dengan konsorsium asal Korea Selatan, LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group. Pabrik tersebut rencananya akan memulai produksi perdananya pada tahun 2024.

“Ini proyek battery cell 10 GWh (Giga Watt hour), ini adalah yang terbesar di ASEAN, itu investasi antara Hyundai dan LG,” ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu (12/4/2023).

Adapun keikutsertaan IBC pada proyek baterai “raksasa” ini hanya berupa kepemilikan saham sekitar 5%.

“Kita BUMN diberi kesempatan dinegosiasikan untuk masuk ke situ secara minoritas memang gak besar hampir 5% dan saat ini dari project Omega sendiri konstruksi 80% di Karawang dan siap beroperasi 2024,” katanya.

Toto menyebut, pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang ini mempunyai investasi sebesar US$ 1,1 miliar atau Rp 16,37 triliun (asumsi kurs Rp 14.886 per US$).

“Project Omega di Karawang konstruksi hampir 70-80%, nilai investasi US$ 1,1 miliar dan ini awal dari Indonesia menjadi EV Production Hub, dia terintegrasi dengan pabrik mobil Hyundai. Dia produksi juga tidak hanya buat Indonesia saja tapi juga diekspor,” jelasnya.

Di sisi lain, Toto memaparkan kebutuhan baterai untuk kendaraan listrik dunia bakal mencapai 5.300 GWh pada 2035 dan didominasi oleh kebutuhan dari kendaraan listrik roda empat. Sedangkan kebutuhan baterai EV sebagian besar berasal dari 3 area yakni Amerika Serikat, Eropa dan Asia.

Toto menyebut, Indonesia ditargetkan dapat menjadi EV Battery Production Hub di kawasan Asia Tenggara. Apalagi, Indonesia mempunyai bahan baku yang diperlukan untuk pembuatan baterai kendaraan listrik, utamanya nikel.

“Kita itu ditargetkan Indonesia sebagai hub production untuk EV battery karena di ASEAN sendiri yang memiliki aset paling besar untuk materi terkait hanya Indonesia dan kita punya peluang jadi eksportir hub ke ASEAN region,” ujarnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*