Cara Aipda Erwin Bantu Warga Takalar Lewat Komunitas Tangan di Atas

Jakarta – Bhabinkamtibmas Polsek Polongbangkeng Selatan, Polres Takalar, Polda Sulawesi Selatan, Aipda Erwin Eka Saputra, selalu teringat dengan pesan gurunya agar selalu membantu masyarakat. Erwin mendirikan Komunitas Tangan di Atas untuk memberikan bantuan sosial kepada masyarakat dan pondok pesantren.
Erwin menjadi salah satu polisi yang diusulkan untuk Hoegeng Awards 2024 melalui form usulan di detikcom. Erwin diusulkan warga Desa Lantang dan Kale Lantang, Takalar yakni Sumiati, Indra Wisman dan Ramlan Ibrahim. Berikut pernyataan yang Indra Wisnam dalam form usulan:

Aipda Erwin Eka Saputra adalah sosok Bhabinkamtibmas yang baik dan teladan, ia adalah salah satu panutan kami khususnya Pemuda di Kab. Takalar karena ia merupakan sosok polisi yang beda dari kebanyakan abdi negara, ia rela melakukan kegiatan sosial yang dampaknya luar biasa terhadap masyarakat luas dan ia melakukannya dengan rasa ikhlas dan tampa pamrih.

Ketika dihubungi, Indra Wisman (25) yang merupakan karang taruna setempat, menyebut Aipda Erwin membantu warga melalui komunitas yang digagasnya, Komunitas Tangan di Atas. Indra juga aktif menjadi sukarelawan dalam komunitas itu.

“Saya salah satu perwakilan pemuda yang tergabung, sering juga teman-teman pemuda yang ikut turun tangan langsung,” kata Indra kepada detikcom.

Indra sudah bergabung dengan komunitas ini sejak pertama kami didirikan tahun 2019. Dia menyebut Aipda Erwin saat itu mengajak pemuda untuk berpartisipasi. Komunitas Tangan di Atas ini bergerak di bidang sosial.

“Komunitas Tangan di Atas ini cakupannya di seluruh wilayah Kabupaten Takalar, programnya infak ke masjid, salurkan bantuan sosial, cuma bantuan sosialnya itu dari donatur-donatur dari pada masyarakat atau anggota komunitas ini,” kata Indra.

Indra menyebut dia bergabung dalam Komunitas Tangan di Atas itu secara sukarela dan tidak dibayar. Baginya, Aipda Erwin adalah sosok polisi yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.

“Kalau sosoknya Pak Erwin ini sangat luar biasa, terutama bagi kawan-kawan pemuda dan masyarakat di sini. Kalau bisa dibilang, dia kan sudah jadi anggota polisi, kok dia mau repot-repot mengurusi masyarakat,” katanya.

Sementara itu, warga lainnya bernama Sumiati (21) juga membeberkan alasannya mengusulkan Aipda Erwin untuk Hoegeng Awards 2024. Sumiati menyebut warga terbantu oleh Komunitas Tangan di Atas.

“Dia itu kayak… kalau di Desa Kale Lantang biasa banjir, dia biasa menyalurkan bantuan, bantuan Al-Qur’an. Kadang sembako, Al-Qur’an, biasa juga uang tunai,” kata Sumiati kepada detikcom.

Sumiati menyebut Aipda Erwin juga dikenal dekat dengan masyarakat. Aipda Erwin disebut selalu datang jika dibutuhkan warga.

“Kadang keliling kampung, dia cari tahu apa kendalanya ini kampung. Misalnya ada laka lantas dia langsung turun,” tutur dia.

Aipda Erwin menjadi Bhabinkamtibmas Desa Lantang dan Kale Lantang sejak tahun 2019. Pada saat itulah dia mulai merintis Komunitas Tangan di Atas itu. Mulanya, pendanaan dari komunitas ini adalah rekan-rekannya di Polsek Polongbangkeng Selatan. Bantuan berupa sembako diberikan kepada warga.

“Saya melihat beberapa masyarakat itu sangat butuh bantuan uluran tangan, karena mereka ada yang tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Yang dapat bantuan dari pemerintah adalah mereka yang memenuhi persyaratan,” kata Erwin kepada detikcom.

Komunitas ini makin berkembang hingga ada donatur yang rutin memberikan bantuan. Selain warga lokal, para donatur itu di antaranya warga Sulawesi Selatan yang sukses di perantauan. Donasi yang diberikan hingga puluhan juta.

“Kami itu punya donatur itu ada dari Kalimantan, ada dari Ternate, Manokwari, jadi mereka donatur itu orang-orang perantau dari Sulawesi Selatan yang merantau ke luar daerah, lalu kita ajak masuk ke komunitas sehingga mereka bisa melihat apa kebutuhan. Sampai sekarang kita itu punya 6-7 program,” tutur dia.

Sekretariat Komunitas Tangan di Atas ini ada di sebuah masjid di Takalar. Erwin bersama satu orang lainnya menjadi pengurus komunitas ini. Sementara para anggota melibatkan karang taruna dan remaja masjid yang membantu secara sukarela.

Program pertama di Komunitas Tangan di Atas adalah untuk kaum duafa. Secara rutin setiap hari Jumat, Komunitas Tangan di Atas akan membagikan sembako kepada masyarakat yang sudah didata.

“Kami masuk di segmen itu, terus kami mengajak orang-orang baik, orang yang mau membantun,” kata Erwin.

Orang Tua Asuh
Selanjutnya adalah program orang tua asuh. Komunitas akan menggandeng masyarakat setempat untuk menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yatim yang tidak mampu.

“Kami dapati juga anak-anak yatim piatu, tapi mereka juga orang-orang yang membutuhkan, kami ambil bagian di situ, siapa yang mau menjadi orang tua asuh bagi mereka. Sampai sekarang mereka yang kami ini ada 35 anak yatim piatu,” sebut dia.

Amalan Cerdas
Komunitas Tangan di Atas ini juga memberikan bantuan Al-Qur’an dan Iqro’ kepada warga, rumah tahfiz dan pondok pesantren. Mereka menamakan dengan program amalan cerdas.

“Jadi Al-Qur’an itu paling banyak kami beli itu hampir Rp 30 juta satu kali belanja itu. Kami memang bekerja sama dengan toko Al-Qur’an di Makassar itu, ada diskonnya itu 23-30%, jadi Al-Qur’an ini ke pondok tahfiz, ke pondok pesantren bergantung kebutuhan mereka,” sebut Erwin.

Program Tagihan Listrik
Komunitas Tangan di Atas ini juga menyasar terkait listrik masjid dan pondok pesantren. Pada saat ini, Komunitas Tangan di Atas membayar tagihan listrik sekitar 25 masjid dan pesantren. Komunitas Tangan di Atas juga memfasilitasi pemasangan meteran baru di 20 masjid.

“Kemudian kami telah memasukkan meteran listrik untuk 20 masjid. Kami bekerja sama dengan PLN, kemudian masjid yang membutuhkan meteran listrik alhamdulillah kami bayarkan sampai terpasang,” sebut dia.

Wakaf Pembangunan Masjid
Erwin mengatakan Komunitas Tangan di Atas juga memfasilitasi pembangunan hingga renovasi masjid. Sejauh ini, sudah ada 4 masjid yang terbangun di Kabupaten Takalar dengan biaya dari donatur komunitas.

“Ada namanya wakaf pembangunan dan kebutuhan rumah tahfiz, alhamdulillah sekarang sudah 4 masjid kita bangun, kemudian puluhan masjid lain yang ikut bantu termasuk kebutuhan semen,” sebutnya.

Infak Beras
Program selanjutnya adalah infak beras. Komunitas ini akan memberikan bantuan beras rutin setiap bulannya kepada pondok pesantren.

“Kami penuhi infak beras, kebutuhan-kebutuhan untuk tahfiz dan pesantren, jadi pondok itu tidak terbebani lagi untuk kebutuhan berasnya,” ungkap Erwin.

Penyaluran Zakat Mal
Setiap tahunnya pada bulan Ramadan, Komunitas Tangan di Atas ini juga menyalurkan zakat mal dari para donatur. Erwin menyebut adalah salah satu donatur yang rutin menitipkan zakat mal hingga puluhan juta.

“Kami membantu menyalurkan juga, orang-orang yang kelebihan harta itu dan memang mencukupi nisabnya setiap tahun, kami bantu salurkan. Ada donatur kami dari Manokwari, Papua Barat itu setiap tahunnya kirimkan uang 35 juta untuk zakat malnya,” kata Erwin.

Rumah Makan Gratis
Terakhir adalah program rumah makan gratis. Komunitas Tangan di Atas rutin setiap Jumat membagikan makanan gratis kepada jemaah salah Jumat.

“Program kami baru 4 Jumat ini ada namanya rumah makan gratis, kami ambil orang-orang yang dekat dengan masjid, dan jemaah masjid,” jelasnya.

Sumber Pendanaan Komunitas
Erwin menyebut tidak ada donatur tetap dalam pendanaan komunitas ini. Para donatur biasanya mengirimkan donasi per program. Seperti misalnya pembangunan masjid.

“Kami tidak menetapkan harus menjadi donatur tetap, yang kami posting tanggal, setiap tanggal sekian harus bayar listrik, setiap hari Jumat kita harus siapkan paket sembako, tapi alhamdulillah setiap subuh itu ada datang dana, datang sendiri rezekinya,” kata Erwin.

Setiap bulannya untuk tagihan listrik yang ditanggung komunitas hingga bantuan sembako menghabiskan dana Rp 20-25 juta per bulan. Namun, donasi yang masuk dari para donatur pun jumlahnya beragam.

“Rata-rata itu sekitar 20-25 juta kayaknya. Saya pernah dimintai data oleh Baznas, khusus di tahun 2022, hampir 400 juta dalam setahun itu, karena kami bangun masjid pada saat itu,” sebut dia.

“Kas sekarang tidak terlalu banyak, sekitar 20-an juta. Biasanya kalau kita bangun masjid, biasanya habis untuk kita beli. Ada pernah kirim 59 juta untuk keramik, kita langsung belikan keramik, langsung habis uangnya. Uang masuk sekian langsung belanjakan, habis,” imbuhnya.

Erwin mengaku kegiatan di komunitas ini tidak mengganggu kerja pokoknya sebagai bhabinkamtibmas. Dia pun telah mendapatkan dukungan dari pimpinan di Polsek dan Polres.

“Alhamdulillah pimpinan tahu, kapolsek tahu, kepala desa tahu termasuk kapolres sudah tahu ini program, sehingga bagi waktunya itu nggak terlalu ini, karena orang-orang di rumah juga paham,” sebut dia.

Komunitas Tangan di Atas ini juga pernah menyalurkan bantuan untuk korban banjir bandang di Masamba, Luwu Utara. Sejumlah komunitas juga menitipkan bantuan untuk disalurkan. Sementara, kata Erwin, semua biaya akomodasi ditanggung oleh kantong pribadinya.

“Masamba pada saat itu banjir bandang, jadi nilai yang kami bawa itu hampir 100 juta, kapolres sendiri kami dikasih 20 juta, dan banyak lagi karena beberapa komunitas, dia nitip ke kami, karena kami ada kendaraan,” sebut dia.

Setiap bulannya, Erwin juga memberikan bantuan dana untuk komunitas ini. Menurut Erwin, hal itu sudah menjadi panggilan hatinya.

“Tidak sama (nominalnya) setiap bulan, alhamdulillah untuk gaji dan remunerasi itu memang kami tidak bisa lepas dari kegiatan ini, sudah rutin, sudah mendarah daging bagi kami, bukan lagi tugas pokok tapi amanah masyarakat itu sudah jadi mendarah daging,” sebut dia.

Erwin melakukan kegiatan sosial ini karena dirinya selalu ingat dengan pesan sang guru. Erwin menyebu amalan yang tidak pernah putus adalah amalan jariah dan dia selalu berusaha untuk melakukan itu.

“Sebenarnya membantu orang itu kebaikannya untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain tapi untuk diri sendiri,” tegas Erwin.

“Saya dapat dulu dari guru MTQ dia bilang ‘Erwin, kalau mau lagi pahala jariah lainnya kita bayarkan listrik masjid’ kenapa? Setiap orang ambil air wudu tidak mungkin pulang ke rumahnya pasti masuk ke masjid, di masjid tidak mungkin dia tidur pasti salat, setelah salat pasti ngaji, dia azan, kita dapat pahalanya dan ini panjang. Jadi orientasinya kita ini akhirat,” tutur dia.

Erwin sudah berdinas di kepolisian sejak tahun 2003. Mulanya Erwin ditugaskan di bagian keuangan di Polres Takalar. Guna ingin dekat dengan warga, Erwin meminta agar ditugaskan sebagai bhabinkamtibmas pada tahun 2017.

“Saya dulu di keuangan, tapi pada saat di keuangan dapat gaji, saya beli Al-Qur’an, bagi, ternyata enak begini, dapat gaji salurkan. Saya lihat lebih banyak manfaat saya ini ketika saya di bhabinkamtimbas, makanya saya minta sama Pak Wakpolres dulu,” kata dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*